Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhu dia berkata , “‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Wahai Aisyah, hindarilah olehmu amal-amal yang remeh (dan dalam satu lafadz disebutkan dosa-dosa). Karena ada yang akan menuntut dari Allah terhadap amal-amal itu” (Sanadnya Shahih, ditakhrij Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darimi, Ibnu Hibban dan Al-Qadha dalam Musnad Asy-Syihab.)
Kita sebagai manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Maka daripada itu dengan kata lain manusia adalah makhluk yang tidak mungkin tidak mempunyai salah kepada manusia lainnya dan tak akan pernah kita luput dari dosa – dosa kecil dan Dosa- dosa besar. Tetapi walaupun demikian faktanya, jangan sampai kita terus-menerus terlena dengan mengentengkan serta memaklumi kalau diri kita penuh dengan lumuran dosa. Karena sebaik-baiknya manusia pendosa adalah ia yang ingin bertaubat. Seperti dijelaskan dalam hadits berikut yang artinya:
“Setiap anak Adam pernah berbuat dosa dan sebaik-baik yang berbuat dosa adalah yang bersegera bertaubat,“ (HR Muslim)
Telah kita ketahui kalau dosa itu dibagi menjadi dua yaitu dosa besar dan dosa kecil. Tetapi ada yang perlu kita ketahui juga kalau dosa kecil bisa menjadi besar , kalau dilakukan dikarenakan sebab-sebab sebagai berikut.
Yang Pertama: sudah menjadi kebiasaan dan keseringan melakukan dosa Kecil.
Hadits yang bermakna shahih (benar) tetapi , para ulama pakar hadits mendhoifkan ( dilemahkan) hadist ini. Yang artinya:
“Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun pada Allah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.” (Dhaiful Jami’ no. 6308. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan pula oleh Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab dengan sanad lainnya dari Ibnu ‘Abbas namun mauquf (perkataan Ibnu ‘Abbas), periwayatnya tsiqoh (terpercaya). Riwayat inipun munqathi’ (terputus) antara Qais bin Sa’ad (dia orang Mekkah), ia katakan bahwa Ibnu ‘Abbas berkata.
Kalau dosa Besar sudah ditaubati , maka janganlah diikuti dengan dosa lainnya yang semisalnya, begitu pula janganlah diteruskan dengan dosa-dosa kecil.
Yang Kedua: Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘ Anhu Mengatakan, yang artinya
“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja dihadapan batang hidungnya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6308.)
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘ anhu mengatakan Artinya:
“Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6492.)
Bilal bin Sa’ad rahimahullah mengatakan, “ Janganlah melihat kecilnya suatu dosa , namun hendaklah engkau melihat siapa yang engkau durhakai. “
Yang Ketiga : Memamerkan Suatu Dosa
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
““Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang melakukan jahr. Di antara bentuk melakukan jahr adalah seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya –padahal telah Allah tutupi-, ia sendiri yang bercerita, “Wahai fulan, aku semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah telah tutupi maksiat yang ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yang membuka ‘aib-‘aibnya yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 2990, dari Abu Hurairah.)
Semoga Allah selalu memudahkan kita untuk selalu melaksanakan kebaikan dan menghindarkan kita dari setiap Dosa –dosa . aamiin ya Mujibassailin.